Saturday, November 6, 2010

Marah Ombak

Engkau berdesir lembut,
Memberi ketenangan dijiwaku,
Aku menikmati ketenangan ini,
Aku damai ketenangan ini,
Aku tenang ditenangkan.

Kadang engkau marah,
Tidak lagi berdesir lembut,
Malah merempuh kuat benteng,
Bergegar batu dan simen,
Kotoran kau simbah bersama,
Sisa tumpahan minyak dan sampah sarap,
Hanyir isi laut dan serpihan kayu reput,
Bukan berdesir tapi merempuh marah.

Pada ketenangan yang disalahgunakan.

N.A. Faisal
Oktober 2010

Ketenangan Semalam

Matahari datang lagi,
Dipangkal timur terpancar kemerahan,
Matahari memberitahu,
Aku datang lagi.

Burung-burung berterbangan,
Menerawang melintasi cahaya kemerahan,
Bermain di muka lautan tenang,
Dibayangkan liuk lintuk ombak pagi.

Ketenangan menghampiri,
Deru-deru angin,
Ombak memukul di kaki,
Teriakan anak murai kelaparan,
Ibu mendodoikan anaknya dari jauh,
Mata ayah menyelam di kiri dan kanan,
Mencari belalang dan cacing kemabukan.

Aku membuka mata,
Bulat matahari memenuhi ruang bola mata,
Dirusuh kehingaran,
Ketenangan semalam,
Takkan datang.

N.A. Faisal
Oktober 2010

Kematian


Aku lihat kematian,
Dekat denganku,
Aku merasai kepedihannya,
Aku menderita menanggungnya.

Aku makin diseksa hati,
Apabila kematian dimain-main,
Hatiku kehujanan,
Kebanjiran,
Namun tidak pada manusia.

Kematian hanya mainan,
Dikambus tanpa pengkebumian!

N.A. Faisal
Oktober 2010